Maandag 08 April 2013

bilirubin


1.                  BILIRUBIN 
Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Sebagian dari bilirubin total termetabolisme, dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung.
Bila bagian ini mengingkat, penyebab biasanya di luar hati. Bila bilirubin langsung adalah rendah sementara bilirubin total tinggi, hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu dalam hati.
Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang memberi warna pada kotoran. Bila tingkatnya sangat tinggi, kulit dan mata dapat menjadi kuning, yang mengakibatkan gejala ikterus.
v  Faal Hati yang sesungguhnya.
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu, juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
v  Tes Faal Hati       
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hatipun beraneka ragam sesuai dengan apa yang hendak kita nilai.
Untuk fungsi sintesis seperti protein, zat pembekuan darah dan lemak biasanya diperiksa albumin, masa protrombin dan cholesterol. Fungsi ekskresi/transportasi, diperiksa bilirubin, alkali fosfatase. ∂-GT. Kerusakan sel hati atau jaringan  hati, diperiksa SGOT(AST), SGPT(ALT). Adanya pertumbuhan sel hati yang muda (karsinoma sel hati), alfa feto protein. Kontak dengan virus hepatitis B yaitu; HBsAg, AntiHBs, HBeAg, anti HBe, Anti HBc, HBVDNA, dan virus hepatitis C yaitu; anti HCV, HCV RNA, genotype HCV.
*      Secara umum ada 2 macam gangguan faal hati.
Peradangan umum atau peradangan khusus di hati yang menimbulkan kerusakan jaringan atau sel hati. Adanya sumbatan saluran empedu.
*        Aneka macam hasil tes faal hati yang terganggu
Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat.  
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10 mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT, SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan masa protrombin dapat memanjang.
Tes faal hati pada sumbatan saluran empedu. Bilirubin direct/indirect dapat tinggi sekali (>20 mg%), terutama bila sumbatan sudah cukup lama. Peningkatan SGOT dan SGPT biasanya tidak terlalu tinggi, sekitar kurang dari 4 kali nilai normal. ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekali dapat lebih dari 5 kali nilai normal. Kolesterol juga meningkat.
Tes faal hati pada perlemakan hati (fatty liver). Albumin/globulin dan Bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT meningkat sekitar 2 sampai 3 kali nilai normal demikian juga ∂-GT dan alkalifosfatase meningkat sekitar ½ sampai 1 kali dari nilai normal . Kadar triglyserida dan kolesterol juga terlihat meninggi. Kelainan ini sering pada wanita dengan usia muda/pertengahan, gemuk dan biasanya tidak ada keluhan atau mengeluh adanya perasaan tak nyaman pada perut bagian kanan atas. Pada kasus perlemakan hati yang primer maka semua pertanda hepatitis C harus negatif.
Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin. Jika urin dibiarkan sebagian kecil daripada bilirubin itu berubah manjadi biverdin oleh oksidasi; perubahan itu mencepat oleh sinar matahari.
Di antara banyak macam test  untuk manyatakan adanya bilirubin dianjurkan:

A.    Percobaan busa
1.      Kocoklah kira-kira  5ml urin segar dalam tabung dengan kuat-kuat.
2.      Jika terjadi busa kuning, itu tandanya bahwa bilirubin sangat mungkin ada.


Catatan :
Busa urin yang tidak mengandung bilirubun putih atau sangat kuning muda. Percobaan busa ini sangat sederhana dan hanya memberikan petunjuk saja. Sebaiknya dibenarkan dengan melakukan test yang lebih peka.
Test busa mungkin menjadi positif palsu pada konsentrasi yang tinggi dan juga oleh obat-obatan seperti    acriflavine dan pyridium.

B.     Percobaan Harrison
Bilirubin yang ada di dalam urin dipekatkan di atas kertas saring dengan jalan mempresipitatkan fosfat-fosfat yang ada di dalam urin memakai bariumchlorida dan bilirubin yang melekat pada presipitat itu. Bilirubin yang telah dikumpulkan itu dioxidasi menjadi biliverdin yang hijau dengan reagen Fouchet : asam trichloracetat 25g; aguadest 100 ml; buatlah larutan kemudian tambahlah larutan ferrichlorida 10% 10 ml.
Cara
1.        5 ml urin yang lebih dulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2.        Tambahkan 5 ml larutan bariumchlorida 10%; campur dan saringlah
3.        Kertas saring yang berisi presipitat di atas kerta saring itu
4.        Teteskan 2 – 3 tetes reagens Fouchet ke atas presipitat di atas kertas saring itu.
5.        Timbulnya warna hijau menendakan adanya bilirubin.


C.    Modifikasi percobaan Harrison dengan potongan kertas saring.
Cara ini menggunakan potongan keratas saring berukuran kira –kira  10 X 1 cm yang sangat tebal ( umpamanya Schleicher dan Schull no. 740 ) yang direndam beberapa lama di dalam larutan jenuh bariumchlorida. Setalah kertas saring itu meresap larutan itu kemudian dikeringkan dalam lemari panas dan disimpan sampai saat memakainya.
Cara
1.      Potongan kertas saring dipegang pada salah satu ujungnya dan sebelah lain dimasukkan ke dalam urin sampai kira – kira sepertiga dari panjangnya. Peganglah kertas  dalam keadaan sepertiga terendam dari 30 detik sampai 2 menit.
2.      Angkatlah kertas dan biarkan sampai menjadi agak kering.
3.      Teteskanlah setetes reagen Fouchet pada kertas saring, tepat pada batas permukaan urin tadi
4.      Adanya warna hijau berarti ada bilirubin.
Catatan
Warna urin sering telah memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya bilirubin. Karena bilirubin barubah menjadi zat –zat lain, warna itu kemungkinan berbeda – beda; kuning tua, kuning campur hijau, coklat, dsb
Bilirubin glukuronida adalah semacam zat yang tidak tahan sinar matahari, zat itu pecah oleh proses oxidasi dan hidrolisis. Simpanlah sampel urin pada tempat bebas sinar  matahari langsung  dan janganlah tunda – tunda pemeriksaan.
Dengan reagens Fouchet bilirubin dioxidasi menjadi biliverdin yang hijau, tetapi di samping biliverdin mungkin sekali terjadi hasil – hasil oxidasi lain juga yang lain warnanya: biru (bilisianin) atau kuning (choletelin). Hanya jika terjadi warna hijaulah test dengan reagens Fuochet dianggap positif. Meskipun dari intensitas warna dapat diduga konsentrasi bilirubin, tetapi sukarlah untuk menilai hasil test secara semikuantitatif. Untuk mengadakan perbedaan antara konsentrasi yang rendah dan yang tinggi, boleh dipakai tanda + dan ++ saja.
Urin normal bereaksi negative pada percobaan ini.



D.    Cara dengan carik celup

Reaksi yang terjadi pada cara ini ialah reaksi diazotisasi antara bilirubin dalam urin dan semacam senyawa diazo pada carik celup. Warna yang terjadi pada reaksi itu ditentukan oleh jenis senyawa diazo yang dipakai, sedangkan intensitasnya dapat manujukan banyaknya bilirubin secara terbatas.
Pakailah juga urin segar untuk diperiksa dengan carik celup; bilirubin yang telah teroxidasi atau mengalami hidrolisis tidak dapat lagi bereaksi dengan senyawa diazo.


2.      Urobilin

Dalam urin segar praktis tidak ada urobilin, zat itu baru kemudian timbul oleh oxidasi urobilinogen. Pada pemeriksaan terhadap urobilin sengaja ditambahkan sedikit yodium sebagai larutan lugol (jodium 1 g; kaliumjodida 2 g; aguadest 300 ml) untuk menjalankan oksidasi itu.
Yang dipakai untuk menyatakan urobilin ialah reagens Schlesinger, yaitu larutan zinkacetat atau zinkchlorida yang jenuh dalam alcohol 95%, (zink-acetat 10 g; alcohol 100 ml; kocok kuat –kuat dan biarkan bagian yang tidak larut di dalam botol).
Jika ada bilirubin dalam urin zat itu harus di buang lebih dulu dengan menambah calciumhidroxida padat kepada urin dan menyaringnya; pakailah filtrate untuk percobaan.
                                                                                                 
Cara Schlesinger
1.        Masukkanlah 5 ml ke dalam tabung reaksi dan perhatikanlah apakah ada flurosiensi
2.        Kalau ada fluorisiensi, maka urin itu tidak dapat dipakai untuk test terhadap urobilin, karena akan menjadikan hasil test positif palsu. Lihatlah selanjutnya di bawah
3.        Kalau tidak ada fluoresiensi, tambahlah 2 – 4 tetes larutan Lugol, campur dan biarkan selama 5 menit atau lebih.
4.        Bubuhilah 5 ml reagens Schesinger, campur dan kemudian saringlah.
5.        Periksalah adanya flurosiensi dalam filtrate; diuji  dengan cahaya matahari berpantul dengan latar belakang yang hitam.
6.        Adanya flurosiensi hijau menandakan hasil positif yang dapat dinilai sebagai + atau ++.

Catatan
Bilirubin menganggu percobaan, maka itu harus dibuang lebih dulu dengan cara yang sudah diterangkan.
Jika ada flurosiensi sebelum diberikan reagens Schlesinger, mungkin hal itu disebabkan oleh zat –zat yang mempunyai daya flurosiensi. Diantara zat – zat itu yang sering didapat ialah riboflavin dari tablet multivitamin atau vitamin B – complex dsb,, flurosiensi ) dipakai sebagai diagnostikum), eosin dan erythrosine (dipakai untuk mewarnakan gula – gula), mercurochrome dan acriflavin.
Fluoresensi yang disebabkan oleh riboflavin dapat dikenal dengan percobaan  menurut  Naumann yang diterangkan di bawah ini, membedakan fluoresiensi oleh zat itu penting, karena riboflavin sering dipergunakan sebagai obat.
Berlainan dari test terhadap urobilinogen, pada test ini tidak dapat dipakai cara semikuantitatif untuk menilai hasilnya, meskipun dari kerasnya flurosiensi dapat juga diduga konsentrasi urobilin . maka  dari itu, hasil percobaan ini hanya dinilai dengan ( - ), positif ( + ), dan positif ( + + ) saja. Urin normal akan menghasilkan positif ( + ); jika didapat hasil negative ( - ) atau positif ( ++ ), mungkin menunjukkan keadaan abnormal.

Karena itu juga, test terhadap urobilinogen dapat memberi lebih banyak keterangan  dari test Schlesinger, jika kedua macam test dilakukan berdampingan dan dilihat bahwa hasil test Wallace dan Diamond jauh lebih kuat dari hasil Schlesinger, waspadalah akan kemungkinan salah satu macam derivet indol yang tadi disebut dan yang membuat reaksi positif palsu pada test terhadap urobilinogen.
Test terhadap urobilin menurut Schlesinger masih juga ada manfaat lain, yaitu jika terpaksa memeriksa urin yang tidak segar lagi. Biarpun urin itu tidak lagi berisi urobilinogen, sehingga test menurut Wallace dan Diamond menjadi negative, tetapi reaksi fluoresiensi kuat dengan reagens Schlesinger memberi petunjuk bahwa semula mungkin ada banyak urobilinogen dalam warna urin yang diperiksa.

darah


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Tentang Darah    
              Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan karbondioksida  didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna pada pristiwa pembakaran atau metabolisme dalam tubuh.
               Darah terdiri dari dua komponen besar  komponen cair ( plasma)  dan komponen seluler  sel-sel darah atau korpuskuli (eritrosit, leukosit dan trombosit ). Komponen plasma 45% - 65% volume darah total yang terdiri dari  air 91% - 92% dan sel padat  8% - 9% diantaranya    ( protein, unsur - unsur  an-organik, organic  dan enzim-enzim).darah pada umumnya berfungsi sebagai wahana pengangkut (transport) bebagai komponen menuju  berbagai organ tubuh, system imunologik dan fungsi hemostasis.( Muhamad Sadikin, 2001)
B.    Tinjauan Umum Tentang Serum
              Di dalam darah, serum (bahasa Inggris: blood serum) adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga bukan faktor koagulasi; serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen, (bahasa Latin: serum)  berarti bagian tetap cair dari susu yang membeku pada proses pembuatan keju. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous.
       Bahan-bahan yang biasa diukur dalam serum umumnya digolongkan ke dalam kategori-kategori berikut:
1.      Bahan yang dalam keadaan normal memiliki fungsi dalam sirkulasi
2.      Bahan hasil metabolit
3.      Bahan yang dikeluarkan dari sel akibat kerusakan dan kelainan premeabilitas atau kelainan properasi sel.
4.      Obat dan zat toksik.
       Serum diperoleh setelah sampel darah dibekukan dan bekuannya dipisahkan dengan pemusingan. Pemakaian serum sebagai pengganti plasma juga mencegah pencemaran spesimen oleh antikoagulan yang mungkin mempengaruhi satu atau lebih tes (Anonim. 2010).
a.      Serum yang disentrifugasi
             Teknik pemisahan serum dengan sentrifugasi  adalah setelah pengambilan darah vena, bagian darah tersebut dibiarkan membeku (± 15 menit) kemudian dipusingkan pada sentrifuge dengan kecepatan 2000-3000 rotasi permenit selama 15 menit, sesegera mungkin dipisahkan  serumnya kemudian diperiksa kadar glukosa darahnya secara fotometrik (Riskawati, 2011)
b.      Serum tanpa sentrifugasi
       Teknik pemisahan serum tanpa sentrifugasi adalah setelah dilakukan pengambilan darah vena, darah dimasukan dalam tabung tanpa antikoagulan, kemudian darah dibiarkan membeku kurang lebih satu sampai dua jam hingga terbentuk serum. sesegera mungkin dipisahkan  serumnya kemudian diperiksa kadar glukosa darahnya secara fotometrik.